Thursday 13 October 2011

MODEL SISTEM ANALISA KEUANGAN

PERANCANGAN MODEL SISTEM ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN (PENDEKATAN SISTEM DINAMIK)

ABSTRAK
Dalam sebuah perusahaan, kinerja keuangan penting untuk diukur dan dievaluasi untuk dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Karena sistem keuangan di dunia nyata memiliki tingkat kerumitan cukup tinggi,
dibutuhkan sebuah model sebagai abstraksi dari sistem nyata tersebut. Dalam kajian ini akan dirancang model
sistem evaluasi kinerja keuangan perusahaan dan analisis kebijakannya dengan menggunakan metodologi
Sistem Dinamik. Hasil rancangan model ini berupa flow map diagram dan persamaan matematis, yang dapat
digunakan sebagai alat simulasi dan pembelajaran untuk memudahkan pengguna model mempelajari sistem
keuangan dan analisisnya, serta mensimulasikan keputusan yang diambil dalam permasalahan keuangan dan
melihat bagaimana efek keputusan tersebut terhadap kinerja keuangan. Namun model ini masih memerlukan
validasi, reformulasi model, dan pengembangan lebih lanjut misalnya dengan menambahkan subsektorsubsektor
selain keuangan, agar lebih mendekati sistem nyata.
Kata Kunci: model, simulasi, Sistem Dinamik, keuangan
1. PENDAHULUAN
Kinerja keuangan merupakan bagian penting dari
perusahaan yang harus diukur dan dievaluasi.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, para pengambil
keputusan akan mengambil langkah yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja. Dalam kajian ini akan dirancang model
sistem evaluasi kinerja keuangan perusahaan dan
analisis kebijakannya dengan menggunakan
metodologi Sistem Dinamik. Perancangan model
dilakukan untuk memahami dan menggambarkan
sistem nyata. Metodologi Sistem Dinamik
mempermudah proses pemahaman atas sistem dan
transformasinya menjadi model simulasi berbasis
komputer. Hasil akhir rancangan model ini berupa
flow map diagram dan persamaan matematisnya
yang dibangun menggunakan tools Powersim Studio
Enterprise 2005. Model dibangun berdasarkan pada
Lyneis (1988) sebagai rujukan utama.
Untuk analisis kinerja keuangan digunakan
metode rasio Radar dan economic value added
(selanjutnya disingkat EVA), dikarenakan
keunggulan-keunggulan berikut:
a. Analisis rasio Radar: bersifat menyeluruh/
umum, memenuhi kebutuhan analisis jangka
pendek dan panjang, serta memiliki tampilan
visual yang mudah diamati oleh pengguna.
b. Analisis EVA: berfokus pada penciptaan nilai
tambah atas investasi modal di perusahaan, dapat
digunakan oleh investor dan manajer investasi.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
mengikuti metodologi Sistem Dinamik (dibahas
pada Bagian 3.1).
3. STUDI LITERATUR
3.1 Metodologi Sistem Dinamik
Metodologi Sistem Dinamik (System Dynamics,
selanjutnya disingkat SD) mula-mula berkembang di
Massachusetts Institute of Technology pada tahun
1956, dikembangkan oleh Jay W. Forrester
(Forrester, 2002). Dasar pemikiran metodologi SD
adalah berpikir serbasistem atau systems thinking,
yaitu cara berpikir di mana setiap masalah
dipandang sebagai sebuah sistem, yaitu keseluruhan
interaksi antar unsur-unsur dari sebuah objek dalam
batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai
tujuan.
Kriteria persoalan yang tepat untuk dimodelkan
menggunakan metodologi SD (Tasrif, 2005):
a. Mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap
waktu)
b. Mengandung minimal satu struktur umpan balik.
Metodologi SD terdiri atas enam tahapan
(Gambar 1). Dalam studi ini hanya dilakukan sampai
formulasi, simulasi, dan validasi model (tahap 4),
sedangkan analisis kebijakan dan pengembangan
skenario (tahap 5) maupun implementasi kebijakan
(tahap 6) tidak dilakukan.
Berikut ini adalah unsur-unsur SD:
a. Feedback loops: elemen struktural utama dari
suatu sistem. Ada dua jenis feedback yakni
positif dan negatif.
b. Variabel level dan rate: elemen fundamental dari
loop. Level/stock adalah kondisi/akumulasi dari
sistem pada waktu tertentu, sedangkan rate/flow
adalah aliran (masukan dan keluaran) yang
mengatur 'kuantitas' dalam level/stock. Dalam
paper ini akan digunakan istilah level dan rate.
Variabel lain yang tersedia di Powersim adalah

auxiliary dan constant (Davidson, 2000). Rate
sendiri adalah auxiliary yang langsung
mengontrol level.
c. Close-loop: Sistem yang dijadikan model adalah
sebagai sistem lingkaran tertutup.
d. Rate mengontrol kebijakan: perilaku sistem
hanya dapat dikontrol oleh rate.



3.2 Analisis Rasio Radar
Sebagai penyempurnaan atas analisis rasio
keuangan klasik, muncul analisis rasio yang
memberikan gambaran keseluruhan atas posisi
keuangan perusahaan dan kemungkinan
pertumbuhannya, mencakup lima aspek rasio-rasio
keuangan yang dianggap penting untuk jangka
pendek dan panjang, yang digambarkan dalam
bentuk radar sehingga disebut analisis rasio Radar
(Sujarwo, 1998).
a. Rasio profitabilitas
b. Rasio produktivitas
c. Rasio utilisasi usaha
d. Rasio stabilitas
e. Rasio potensi pertumbuhan
Metode analisis rasio Radar dikembangkan oleh
APO (Asia Productivity Organization) yang
berpusat di Tokyo. Hasil analisisnya digambarkan
secara visual dalam diagram menyerupai radar
(Gambar 2), sehingga mudah diinterpretasi oleh
pengguna.
3.3 Economic Value Added
Analisis rasio Radar memberikan gambaran
keseluruhan atas kinerja keuangan, akan tetapi
belum memfokuskan perhatian manajer pada satu
aspek pengukuran. Konsep analisis yang dapat
memberikan fokus untuk itu adalah economic value
added (EVA). Konsep EVA diperkenalkan oleh Joel
M. Stern dan G. Bennet Stewart III pada tahun 1991
(Stern Stewart, 2005). Kelebihan EVA yaitu
fokusnya pada nilai tambah ekonomis perusahaan,
yaitu bagaimana perusahaan dapat menciptakan nilai
tambah dari modal yang diinvestasikan oleh para
investor.
Formula penghitungan EVA adalah:
EVA= ⟨r − c*⟩ ×Capital (1)
Di mana:
r = Rate of Return (Return on Invested Capital),
diperoleh dari
Capital
r = NOPAT
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
c* = Cost of Capital, WACC (Weighted
Average Cost of Capital)
Capital = seluruh modal yang digunakan (= Total
Capital Employed atau Invested Capital)
4. PENGEMBANGAN MODEL
4.1 Identifikasi dan Konseptualisasi
Rujukan utama model yang dikembangkan
dalam studi ini adalah Lyneis (1988), dan dibatasi
hanya pada masalah keuangan. Penambahan berupa
analisis rasio Radar dan EVA dilakukan sebagai alat
ukur kinerja keuangan.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah:
a. Analisis struktur akuntansi dan keuangan
perusahaan (studi kasus pada perusahaan
manufaktur), meliputi variabel-variabel kunci
dan hubungan antara Assets, Liabilities, Equities,
Income, Expenses, dsb.
b. Analisis sistem inventori, karena berkaitan erat
dengan sistem keuangan.
c. Analisis struktur laporan keuangan (Balance
Sheet dan Income Statement).
d. Analisis kinerja keuangan perusahaan
(menggunakan metode rasio Radar dan EVA).
e. Analisis hubungan sebab-akibat dan feedback
loop lalu digambarkan dalam causal loop
diagram.
Bergantung pada jenis kasusnya, subsystem
diagram dan causal loop diagram terkadang tidak
perlu dibuat (Sushil, 1993). Hasil yang utama dari
pemodelan SD adalah flow map diagram.
4.2 Formulasi Model
4.2.1 Subsistem Inventori
Pada subsistem inventori terdapat empat level
yang berurutan dalam proses bisnisnya: Parts On
Order, Parts Inventory, Work In Process, dan
Finished Inventory.
Kebijakan yang dimodelkan yaitu:
a. Production rate policy
Dihitung dari rata-rata Customer Order Rate,
koreksi atas kondisi level Work In Process dan
Finished Inventory yang ada. Untuk merataratakan
Customer Order Rate, dibutuhkan waktu
atau delay informasi (Time to Average Customer
Order Rate).
b. Parts ordering rate policy
Dihitung dari rata-rata Production Rate, koreksi
atas kondisi Parts On Order dan Parts Inventory
yang ada. Untuk merata-ratakan Production
Rate, juga dibutuhkan waktu atau delay
informasi (Time to Average Production Rate).
4.2.2 Subsistem Keuangan: Balance Sheet
Pada subsistem Balance Sheet terdapat 7 level:
a. Variabel Total Assets: terdiri dari 3 level yaitu
Account Receivable, Cash, Book Value of Fixed
Assets.
b. Variabel Total Liabilities and Equities: terdiri
dari 4 level yaitu Account Payable, Short Term
Debt, dan Long Term Debt, dan Equity.
Kedua variabel tersebut harus seimbang.
4.2.3 Subsistem Keuangan: Income Statement
Pada Income Statement, elemen-elemen
kuncinya meliputi variabel rate yang mempengaruhi
level pada subsistem Balance Sheet. Misalnya:
a. Value of Sales: inflow rate pada Account
Receivables, dihitung dari Price * Shipment
Rate.
b. Cost of Manufacture Shipped: Cost of Part
ditambah Value Added in Assembly (yaitu Labor
Cost per Average Production Completions).
c. Gross Profit: Value of Sales dikurangi Cost of
Manufacture Shipped (atau Cost of Good Sold),
Fixed Cost, Depreciation, dan Interest.
d. Net Profit: Gross Profit dikurangi Tax.
4.2.4 Subsistem Financing Policy
Financing policy memberikan arahan untuk
pendanaan bagi perusahaan, meliputi Short Term
Debt, Long Term Debt, Equity Issue, dan Dividend
policy.
a. Short Term Debt Borrowing: ditentukan dari
kebutuhan Cash (selisihnya dari Desired Cash)
dan Effect of Current Ratio on Short Term
Borrowing. Bila Current Ratio (Current Asset
per Current Liabilities) rendah maka Short Term
Borrowing akan sulit diperoleh.
b. Short Term Payment: ditentukan dari indikasi
kelebihan Cash (lebihnya dari Desired Cash) dan
Effect of Short Term Debt on Payments.
c. Long Term Debt Borrowing: ditentukan dari
selisih antara Investment dan Average Cash
Flow from Operation, serta dari Percent Debt
Financing (fungsi linear dari Debt to Equity
Ratio). Bila Debt to Equity Ratio tinggi, maka
perusahaan tidak dapat menambah hutang lagi.
d. Long Term Payment: ditentukan dari indikasi
kelebihan Cash dan jangka waktu maturity dari
hutang tersebut.
e. Equity Issue: dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan long term financing yang tidak
terpenuhi dari Long Term Debt Borrowing.
f. Dividend policy: mengatur berapa besar dividen
diambil dari Net Profit.
Pemodelan selengkapnya dari subsistem
keuangan dan subsistem-subsistem lainnya dapat
dilihat pada Lyneis (1988). Dalam model tersebut,
kinerja keuangan yang dimasukkan dalam financing
policy hanya meliputi Return on Sales, Return on
Equity, dan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan
Annual Inventory Turns. Pada paper ini, analisis
rasio Radar dan EVA ditambahkan, namun belum
dikaji pengaruhnya terhadap financing policy.
4.3 Simulasi dan Validasi
Setelah model dibangun, dilakukan simulasi
untuk menguji kebijakan dengan menggunakan
disturbance test input pada variabel-variabel yang
bersifat exogenous terhadap sistem, misalnya
Customer Order Rate (pada subsistem inventori).
Beberapa jenis test input tersedia di Powersim,
misalnya STEP, CYCLICAL, dan GROWTH
(Lyneis, 1988).
Dapat digeneralisasikan bahwa kebijakan
perusahaan berbeda-beda bergantung pada faktorfaktor
apa saja yang perlu dipertimbangkan, serta
pada tingkat kecepatan respon perusahaan terhadap
perubahan yang terjadi pada sistem. Perusahaan
dapat merespon secara overreacted (aggressive),
moderate, atau underreacted (slow), bergantung
pada besaran waktu (delay informasi) yang
ditetapkan. Overreacted umumnya dapat mencegah
inventori turun ke level yang sangat rendah, namun
dapat menyebabkan ketidakstabilan (fluktuasi).
Underreacted umumnya dapat menyebabkan
inventori turun ke level yang sangat rendah, tapi
dapat mencegah fluktuasi.
Validasi model meliputi validasi struktur dan
validasi perilaku, tujuannya adalah untuk menambah
keyakinan atas model yang telah dirancang (Sushil,
1993).
Validasi struktur merupakan validasi white-box,
di mana dilakukan cross check terhadap model yang
telah dihasilkan dan penelaahan kembali oleh pakar
di bidang terkait (keuangan). Validasi perilaku
merupakan pengujian sejauh mana model
berperilaku sesuai sistem di dunia nyata, dengan
cara menganalisis hasil simulasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu
historical time-series input untuk memeriksa apakah
model berperilaku sesuai pengalaman yang telah
terjadi pada dunia nyata. Dalam simulasi
ditunjukkan bagaimana sistem inventori akan
berperilaku sesuai perubahan tiba-tiba (STEP) pada
Customer Order Rate.
Berikut ini adalah hasil simulasi pada subsistem
Inventori atas model kebijakan production rate
policy dan parts ordering rate policy (Bagian 4.2.1
Gambar 3 grafik PI, FI
Pada Gambar 3, karena Customer Order Rate
mengalami kenaikan tiba-tiba (STEP), maka Parts
Inventory dan Finished Inventory mengalami
penurunan. Pada Gambar 4, Production Rate
meningkat untuk mengimbangi kenaikan Customer
Order Rate dan penurunan Finished Inventory. Parts
Ordering Rate bahkan meningkat lebih tinggi
(terjadi amplification/penguatan) untuk
mengimbangi kenaikan Production Rate dan
penurunan Parts Inventory.
Pada Gambar 5, Net Profit dan Return on Sales
naik tiba-tiba sesuai kenaikan pada Sales. Pada
paper ini, masih banyak model subsistem lain yang
belum dimasukkan, misalnya tenaga kerja (labor),
trend pasar, stock price, dsb. Bila biaya overtime dan
penambahan tenaga kerja dimodelkan, Net Profit
dan Return on Sales akan mengalami penurunan
terlebih dahulu sebelum naik ke titik keseimbangan.

Gambar 6 adalah grafik kinerja Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, dan Current Ratio. Debt to
Equity Ratio turun karena Cash meningkat sehingga
dapat digunakan untuk pembayaran hutang.

dimulai dari level atas (subsystem diagram),
level menengah (causal loop diagram), hingga
masuk ke level bawah yang lebih detail (flow
map diagram).
c. Penggunaan analisis rasio Radar dan EVA akan
lebih baik bila dikombinasikan karena keduanya
saling melengkapi dengan keunggulannya
masing-masing. Pada paper ini, pengaruh
keduanya terhadap financing policy belum
dimodelkan.
d. Model ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan oleh
para pengambil keputusan dan pembuat
kebijakan. Pemodelan SD juga dapat
mempermudah pemahaman specification
requirement dan business process dalam
pengembangan sistem informasi perusahaan
maupun sistem pendukung pengambilan
keputusan.
5.2 Saran untuk Penelitian Lanjutan
a. Reformulasi dan pengembangan model pada
aspek dinamika sistem dan analisis skenario
kebijakan atau pengambilan keputusan.
b. Reformulasi dan pengembangan model pada
subsektor selain keuangan (misalnya subsektor
produksi, tenaga kerja, supplier, customer, trend
pasar, stock price, dsb) agar dapat membentuk
model yang lebih mendekati sistem nyata, dan
memasukkan konstrain-konstrain yang ada pada
sistem nyata.
c. Pemodelan hubungan antara analisis rasio Radar
dan EVA dengan financing policy.
PUSTAKA
Davidson, P.L. (2000). Powersim's User Guide and
Reference. Information Science, System
Dynamics, University of Bergen, Norway.
Forrester, J.W., dkk. (2002). Road Maps: A Guide to
Learning System. System Dynamics Education
Project, System Dynamics Groups, Sloan School
of Management, Massachusetts Institute of
Technology.
Lyneis, J.M. (1988). Corporate Planning and Policy
Design: A System Dynamics Approach. Pugh-
Roberts Associates, Inc.
Stern Stewart & Co.(2005). EVA. Diakses pada 17
Februari 2006, http://www. sternstewart.com.
Sujarwo, E. (1998). Analisis Pengukuran Kinerja
Perusahaan dengan Menggunakan Analisis
Rasio Radar dan Konsep EVA. Tugas Akhir
Sarjana Teknik Industri ITB.
Sushil. (1993). System Dynamics: A Practical
Approach for Managerial Problems. India:
Wiley Eastern Limited.
Tasrif, M. (2005). Analisis Kebijakan Menggunakan
Model System Dynamics. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

No comments:

Post a Comment